Category Archives: Yayang Fitria

[FF/PG/S/4] Beach

Title : Beach

Author : Yayang

Cast ::

Shin Hyo Soo =>> Riani Ps

Lee Donghae Super Junior

Choi Yeo Rin =>> anggap ja reader sendiri….

Other cast…

 

Read the rest of this entry

[FF/PG/S/3] Beach

Title : Beach

Author : Yayang

Cast :

Shin Hyo Soo =>> Riani Ps

Lee Donghae Super Junior

 

Choi Yeo Rin =>> anggap ja reader sendiri….

 

Other cast…

 

Read the rest of this entry

[FF/PG/S/2] Beach

Title : Beach

Author : Yayang

Cast ::

Shin Hyo Soo =>> Riani Ps

 

Lee Donghae Super Junior

 

Other cast…

 

 

 

Hyo Soo POV’s

 

 

 

 

 

Bosan sekali rasanya hanya berada diatas tempat tidur rumah sakit. Aku hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, entah apa yang kulihat yang jelas aku sudah kehilangan semangatku. Mengapa mereka tidak mengerti kalau bukan fisikku yang sakit tapi jiwaku. Tidak ada gunanya aku di rumah sakit. Kejadian itu terus terngiang di kepalaku, saat aku dan Donghae oppa membuat janji, saat kami bermain-maian di pinggir pantai, dan yang terakhir  dan yang paling menyakitkan adalah saat aku berjuang untuk mengerjarnya tetapi usahaku itu sia-sia. Tanpa sadar aku mengeluarkan cairan bening dari kedua mataku, padahal aku tidak ingin mereka mengalir dengan leluasa di pipiku. Aku tidak mempedulikan sekitarku, aku hanya larut dalam duniaku sendiri.

 

 

 

Bisa kurasakan seseorang disampingku menggenggam tanganku lembut. “Chagi, maafkan eomma. Eomma tidak pernah menyangka kalau larangan eomma malah membuatmu sakit” ternyata yang menggenggam tanganku adalah eomma, aku bisa menangkap suaranya  bergetar. Apakah eomma menangis..???? aku belum mau menolehkan  kepalaku dari  pandangan lurusku yang kosong.

 

 

 

“Dokter bilang tidak ada masalah dengan fisikmu, eomma tidak ingin melihatmu seperti ini terus. Sudah satu minggu kau tidak bicara dan tidak makan apa pun, eomma sangat mengkhawatirkanmu chagi, eomma mohon kembalilah menjadi Hyo Soo yang seperti dulu” kali ini eomma mengelus rambutku dengan penuh kasih sayang. Bahkan aku lupa sudah selama itu aku tidak bicara pada siapa pun, sebuah jarum dan selang bersarang di jalur nadiku, mungkin inilah yang membuatku tidak kelaparan meskipun sudah seminggu aku tidak makan apa pun.

 

 

 

Aku ingin sekali memeluk  eomma dan mengatakan padanya kalau aku baik-baik saja, tapi itu berarti aku bohong toh kenyataannya aku sangat hancur.  “eomma” bisikku.

 

 

 

“chagi kau sudah berbicara lagi..???” kata eomma berbinar-binar, kelihatan sekali dia sangat bahagia melihat perkembanganku.

 

 

 

“eomma maafkan aku sudah merepotkan” kataku lagi dengan airmata yang kembali mengalir.

 

 

 

Eomma langsung memelukku erat seolah tak ingin melepaskanku lagi. “Eomma janji eomma tidak akan membuatmu sedih lagi. eomma sudah tau semuanya, kalau kau ingin kuliah di Jepang eomma setuju asal kau bahagia chagi” sahut eomma bertubi-tubi padaku.

 

 

 

Aku melepaskan pelukan eomma “chinca eomma??” tanyaku memastikan karena aku pun senang mendengarnya, seolah itu adalah obat bagiku.

 

 

 

Eomma mengangguk mantap, aku mencoba menyunggingkan senyumanku yang paling tulus untuk eomma. Aku berasa sangat bersalah sudah membuat eomma khawatir selama seminggu terakhir ini. aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengikhlaskan  kejadian waktu itu, aku yakin Donghae oppa juga akan sedih melihatku yang seperti ini. aku harus bangkit dan menyusulnya ke Jepang. Jika aku masih seperti ini aku tidak akan mendapatkan impianku dan menepati janjiku itu. Itu tidak boleh terjadi.

 

 

 

Aku kembali ke sekolah dengan sisa semangat yang masih melekat di diriku. Teman-temanku berkumpul di mejaku saat jam istirahat hampir seluruh dari mereka menanyakan keadaanku. Aku masih beruntung karena masih mempunyai banyak orang yang perhatian dan peduli bagiku. Aku sadar kehilangan satu orang yang berarti bagiku itu tidak adil membuatku terus terpuruk toh aku masih dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku lagipula kami sudah berjanji untuk bertemu di Jepang dua tahun lagi. sekarang ini itulah yang menjadi semangatku, bayangan yang akan membawaku bertemu dengannya dua tahun lagi di Jepang. Aku harus memdapatkan nilai terbaik dan memjadi siswa berprestasi jika aku ingin dengan mudah dapat ke Jepang. Ya aku harus melakukan itu. Dan mulai detik ini aku bertekad di dalam hatiku.

 

 

 

Selama ini aku belajar dengan keras, mendapatkan nilai-nilai yang bagus entah mengapa tidak terlalu membuatku puas. Lee seonsaengnim bangga sekali dengan nilai-nilai yang aku dapat, mungkin dia pikir dia telah berhasil mengajarku. Tidak masalah kalau  Lee seonsaengnim beranggapan begitu, setidaknya itu berarti aku sudah membuat orang lain senang.

 

 

 

Ujian sebentar lagi akan dilaksanakan. Rasanya tegang, tapi aku yakin aku pasti bisa, selama ini kan aku sudah berusaha sengan segala kemampuanku. Ya, sekarang aku sudah di tingkat akhir High School. Itu barati hanya dalam hitungan bulan lagi aku akan bertemu dengan orang yang sudah sangat aku rindukan. Aku tersenyum pada diriku sendiri.

 

 

 

“Hyo Soo-ya” seseorang merangkulku.

 

 

 

Aku menolehkan kepalaku melihat siapa itu, ternyata sahabatku. Yong Soon dan Yeon Ji “ne, kalian mengejutkanku saja” jawabku sambil tersenyum dan masih melangkahkan kakiku, saat ini aku memang sedang di jalan menuju rumahku.

 

 

 

Mereka tertawa. “Yaaa, bagaimana ujian terakhirnya tadi??” Tanya Yong Soon padaku.

 

 

 

“Pasti Hyo Soo bisa mengatasinya dengan mudah, dia kan pintar sekali” sahut Yeon Ji dengan wajah manjanya.

 

 

 

“Sama saja seperti kalian. Ada yang mudah tapi ada juga yang sulit yang penting hanya melakukan yang terbaik saja” jawabku. Dan mereka berdua pun mengangguk.

 

 

 

Kami sampai di pertigaan yang harus memisahkan kami bertiga. Jalan ke rumah kami memang berbeda. Aku masih melangkah dengan penuh semangat. Dua minggu lagi akan di umumkan hasil ujian kami.

 

 

 

**************************************************************

 

 

 

Hari ini acara upacara perpisahan bagi anak-anak tingkat akhir yang sudah melaksanakan ujian dua minggu yang lalu. Hari ini juga sekalian pengumuman nilai yang kami dapatkan selama belajar tiga tahun disekolah. Aku duduk di bangku nomor dua paling depan sebarisan dengan sahabat-sahabatku Yong Soon, Yeon Ji, Je Rid an Rae Bin. Terlihat wajah-wajah tegang semua teman-temanku termasuk aku saat akan pengumuman.

 

 

 

“Tahun ini yang menerima gelar siswa paling berprestasi adalah Shin Hyo Soo” kata Kim Seonsaengnim, kepala kesiswaan disekolah.

 

 

 

Dengan perasaan gugup yang luar biasa aku naik ke atas panggung dan menerima penghargaan tahunan itu. Aku begitu tidak menyangka benar-benar akan mendapatkannya. Bagiku mendapat nilai yang bagus dan memenuhi syarat agar bisa melanjutkan pendidikan pun sudah lumayan cukup bagiku. Tak terasa aku malah menangis. Lebih tepatnya menangis karena terharu. Semua sahabat-sahabatku pun tersenyum dengan puas dan bangga melihatku. Sudah saatnya aku menjemput impianku. Donghae oppa tunggu aku, gumamku dalam hati.

 

 

 

“Hyo Soo lkau hebat sekali” kata Rae Bin di tengah perjalanan kami menuju rumah masing-masing. Selama ini aku memang suka berjalan bersama menuju rumah ataupun sekolah.

 

 

 

“Benar kana pa kataku Hyo Soo pasti dapat gelar itu. Aku sudah tidak heran lagi” sahut Yeon Ji.

 

 

 

“Itu berarti kau benar-banar akan kuliah ke Jepang?” Tanya Yong Soon kemudian.

 

 

 

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Yong Soon. “Aku akan kuliah di Jepang. Terima kasih sudah menjadi sahabatku”

 

 

 

“Kami pasti akan merindukanmu” Je Ri memelukku setelah mengatakan itu. Dan yang lain pun ikut memelukku, aku merasakan kehangatan cinta sahabat dari  pelukan mereka. Aku juga pasti akan sangan merindukan mereka.

 

 

 

“Aku juga akan merindukan kalian. Tapi kalian tenang saja, aku masih punya rumah disini aku akan pulang setiap liburan dan kita akan berkumpul bersama lagi” kataku sambil menyunggingkan senyumanku yang paling tulus pada mereka.

 

 

 

Aku sampai di depan rumahku tapi aku tidak langsung masuk. Aku menatap rumahku yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalku sejak aku lahir. Akankah sebentar lagi aku akan meninggalkannya?? Aku juga masih membayangkan bagaimana ekspresi eomma dan appa setelah tahu kalau aku mendapat gelas siswa paling berprestasi di sekolahku.

 

 

 

Aku melangkah masuk kerumahku disana eomma sudah menungguku, aku menghambur ke dalam pelukan eomma dan menangis di pelukannya.

 

 

 

“Chagi, kenapa kau menangis?” Tanya eomma cemas padaku.

 

 

 

“Aku mendapat gelar siswa paling berprestasi di sekolahku eomma” jawabku masih menenggelamkan kepalaku di pelukan wanita yang sangat aku sayangi ini.

 

 

 

“Kau memang hebat” Puji eomma padaku. “Nanti malam kita makan malam diluar bersama appa untuk merayakan prestasimu otokke..??”

 

 

 

Aku mengangguk setuju.

 

 

 

Sudah jam tujuh malam. Aku dan eomma sudah berdandan dengan rapi karena malam ini aku, eomma dan appa akan merayakan keberhasilanku dengan makan malam di rumah. Appa juga bilang kalau dia akan pulang lebih cepat tapi jam segini dia belum sampai rumah juga. Appa selalu saja sibuk, tapi aku dan eomma tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan appa, karena kami tahu dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan membahagiakan kami.

 

 

 

Tiba-tiba saja telpon rumah berbunyi di tengah kesunyian kami menunggu appa. Eomma mendekati meja yang terdapat telpon disana, perlahan eomma mengangkatnya.

 

 

 

“Yoboseyo” kata eomma ketika dia mengangkat telponnya.

 

 

 

Eomma tampak terdiam dengan tatapan kosong. Entah apa yang dikatakan orang di seberang sana. Tapi melihat ekspresi eomma membuatku khawatir.

 

 

 

Begitu eomma selesai mengangkat telponnya aku mendekatinya dan melihatnya sudah menangis, aku memeluknya erat.

 

 

 

“Eomma ada apa??” tanyaku pada eomma.

 

 

 

“Appa mu masuk rumah sakit karena sakit jantungnya kambuh. Kita harus segera kerumah sakit Hyo Soo-ah” kata eomma padaku aku mengangguk sambil ikut menangis mendengar kabar buruk itu.

 

 

 

Aku dan eomma berlari di sepanjang koridor rumah sakit kami ingin cepat-cepat melihat keadaan appa. Aku melihat tubuh appa terbaring lemas di atas tempat tidur. Seketika aku ingat diriku saat dua tahun lalu aku masuk rumah sakit. Baginikah perasaan khawatir eomma dan appa pada saat itu??? Aku merasakan perasaan yang sangat khawatir menyusup di benakku. Aku tidak bisa lagi mengontrol airmataku agar tidak keluar, begitupun dengan eomma di sampingku. Eomma terus menggenggam tangan appa dengan lembut dan penuh kasih sayang.

 

 

 

“Appa cepatlah sembuh” bisikku tepat di telinga appa.

 

 

 

Aku melihat tangan appa bergerak setelah aku mengatakan kata-kata itu. Tak lama setelah itu mata appa pun membuka. Eomma yang juga menyaksikan hal itu langsung berbinar dan menghentikan tangisannya. Aku juga melakukan hal yang sama.

 

 

 

Appa melihatku dan eomma secara bergantian, aku dan eomma sama sekali tidak melepaskan  gemgaman tangan kami di tangan appa. Appa tersenyum melihat kami, entah mengapa aku merasa senyuman itu begitu lemah seolah dia menutupi rasa sakitnya dan hendak meyakinkanku dan eomma kalau dia tidak apa-apa. Tapi appa sama sekali tidak bisa berbohong, aku tahu kalau dia menahan rasa sakitnya.

 

 

 

“Hyo Soo-ah chukae, kau memang anak kebanggaan appa. Mianhae kalau kita tidak sempat makan malam bersama diluar karena appamu ini tiba-tiba sakit” appa angkat bicara, sesekali dia mencoba untuk mengumpulkan kekuatannya untu berbicara.

 

 

 

“Gwenchana appa, yang panting sekarang appa harus cepat sembuh” jawabku tanpa bisa menahan airmataku lagi.

 

 

 

“Ne yeobo cepatlah sembuh” eomma ikut menengahi dengan airmata yang kembali mengalir.

 

 

 

Appa kembali tersenyum lemah, aku heran appa memang tidak ingin sekali  tampak rapuh meskipun di depan anak dan istriya sendiri.

 

 

 

“Yeobo kau sudah berhasil mendidik anak kita Hyo Soo, aku sangat bangga mempunyai ostri sepertimu saranghae. Hyo Soo-ah jangan pernah membuat eommamu susah lagi ara?” appa kembali berkata-kata lalu tiba-tiba saja appa merasa sesak nafas.

 

 

 

Aku dan eomma panik bukan main, aku langsung berlari ke luar ruangan mencari dokter yang menangani appa.

 

 

 

“Saya minta nyonya shin dan nona shin silahkan keluar dulu. Kami akan menangani tuan Shin” perintah dokter pada kami.

 

 

 

Aku membimbing eomma untuk keluar karena eomma seolah tidak ingin meninggalkan appa di ruangannya.

 

 

 

Kami menunggu dengan perasaan yang sangat cemas dan khawatir. Eomma tidak henti-hentinya menangis dan berdo’a. ya Tuhan tolong berikan yang terbaik untuk kami.

 

 

 

Dokter beserta perawat keluar dari ruangan appa begitu kami sudah menunggu selama dua jam. Tanpa pikir panjang eomma langsung menghampiri dokter itu dan menanyakan keadaan appa. “Bagaimana keadaan suami saya?? Dia baik-baik saja kan??” Tanya eomma menuntut.

 

 

 

“Jwesonghamnida Nyonya Shin….” Jawab dokter itu dengan ekspresi yang sama sekali tidak aku harapkan. Apa arti dari ekspresinya itu?

 

 

 

“Dia tidak kenapa-napa kan dokter?? Tidak mungkin suami saya…..” eomma tidak bisa meneruskan kata-katanya karena tangisannya, eomma juga menangkap sesuatu yang tidak diinginkan dari nada bicara dokter itu. “Dia begitu kuat, tidak mungkin dia meninggalkan kami” teriak eomma.

 

 

 

“Tapi begitulah kenyataanya Nyonya Shin, maaf tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain” lanjut dokter itu, lalu meninggalkan kami yang sudah menangis terisak-isak.

 

 

 

Eomma terduduk lemas di depan kamar inap appa. Aku menuntunnya masuk kamar inap appa melihat wajah appa untuk yang terakhir kalinya. Tangis kami pecah dengan sejadi-jadinya melihat tubuh kaku appa. Appa terlihat tenang sekali, yapi kami belum siap untuk kehilangannya.

 

 

 

****************************************************************

 

 

 

“Hyo Soo-ah” panggil eomma dengan lembut padaku setelah upacara pemakaman dan do’a untuk appa. Eomma sangat terpukul dengan kepergian appa yang sangat mendadak begitu pun dengan aku.

 

 

 

“Ne eomma” aku menghampiri eomma dan menyandarkan kepalaku di bahu eomma. Dia mengelus rambutku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku bangga dengan eomma, meskipun dia sangat terpukut tapi eomma sama seperti appa dia tidak ingin terlalu terlihat rapuh dia mencoba untuk tetap tegar.

 

 

 

“Kita jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Eomma yakin appa pasti sedih disana melihat kita seperti ini terus” jelas eomma padaku, aku mengerutkan alisku dan mendongak menatap wajah eomma.

 

 

 

“Kejarlah cita-citamu Hyo Soo-ah” lanjut eomma.

 

 

 

“Aku berubah pikiran” jawabku.

 

 

 

“Apa maksudmu??” kali ini eomma yang mengerutkan alisnya tidak mengerti.

 

 

 

“Aku tidak akan ke Jepang dan meninggalkan eomma di Mokpo sendirian. Kecuali eomma ikut denganku” jawabku tegas.

 

 

 

“Eomma tidak mungkin meninggalkan Mokpo dan kenangan keluarga kita”

 

 

 

“Kalau begitu aku juga tidak mungkin meninggalkan eomma sendirian”

 

 

 

“Tapi kuliah di Jepang adalah cita-citamu, bukankah kau juga ingin bertemu dengannya Hyo Soo-ah..???”

 

 

 

“Aku sudah ikhlas jika aku memang tidak bisa bertemu dengan Donghae oppa lagi. tapi aku tidak ikhlas melihat eomma menjalani kehidupan sendirian. Aku sudah berjanji pada appa kalau aku tidak akan membuat eomma susah lagi. cukup kejadian dua tahun lalu saja yang membuat eomma susah, tidak untuk yang kedua kalinya…” Jelasku panjang lebar pada eomma.

 

 

 

“Tapi bagaimana dengan cita-citamu…???”

 

 

 

“Aku akan berkuliah di Korea saja dan melanjutkan pekerjaan appa dengan meneruskan bisnis yang sudah ditekuni appa dari dulu. Itu adalah cita-citaku saat ini eomma. Jangan paksa aku” aku menjawab pertanyaan dengan tegas tapi tatep lembut. Eomma hanya mengelus rambutku penuh kasih sayang dan itu adalah kekuatanku saat ini. eomma adalah kekuatanku, sekarang yang hanya dipikiranku adalah untuk membahagiakan eomma dan mengurusi keluarga bagu kami yang hanya beranggotakan dua orang saja sekarang. Donghae oppa mianhae, aku tidak bermaksud untuk mengingkari janji kita… tapi ini adalah jalan yang harus aku tempuh, aku tidak bisa meninggalkan eomma sendiri dan menjalani kehidupannya tanpa aku. Eomma lebih membutuhkanku saat ini….

 

 

 

 

 

To Be Continue…..

*******************************************************************************************************

©2011 S3FFIndo

Dont Forget! :

– Give YOUR COMMENT after read this FF. Be a good reader. oKEY?

– UNTUK SEMUA READERS, TOLONG BACA READ FIRST terlebih dahulu. Kami telah menginformasikan tentang semua page sehingga JELAS PAGE/SUB PAGE mana saja yang harus kalian tuju terkait dengan kepentingan kalia, dan info-info lainnya yang mungkin membantu kalian semua ^^

– Thanks for Read and Comment this FF. Feel comfort to stay here and TOGETHER, BEYOND OUR IMAGINATION ~ ^0^

****************************************************************************

 

[FF/PG/S/1] Beach

Title : Beach

Author : Yayang

Cast ::

Shin Hyo Soo =>> Riani Ps

Lee Donghae Super Junior

Other cast…

Hyo Soo POV’s

*****************************************************

Aku sibuk dengan majalah-majalahku, membaca setiap halaman yang sudah berkali-kali aku baca. Bosan. Munkin kata itulah yang cocok untuk menggambarkan suasana hatiku saat ini. di luar sedang hujan, suara gemericik air hujan yang bersahabat. Aku terus saja membolak-balik setiap halaman dengan malas.

“Kemana dia, biasanya sudah menjemputku” gumamku pada diri sendiri sambil meniup poniku yang terurai ke depan. Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur empukku. Sejenak memejamkan mata.

Tek..Tek..Tek..

Sebuah suara mengganggu konsentrasiku, aku membuka mataku mencoba menajamkan pendengaranku untuk memastikan suara apa itu.

Tek..Tek..Tek..

Aku mendengarnya lagi. seketika senyumku mengembang, aku langsung bangun dari tempat tidurku. Bunyi itu, seperti bunyi ranting kayu yang mengenai kaca jendela kamarku. Aku mendekati jendela kamarku, membukanya dengan hati-hati. Sebuah kepala muncul dari bawah, aku terlonjak kaget ke belakang. Dia terkekeh pelan melihatku, sadar kalau dia sengaja,  aku memanyunkan bibirku sambil mendekatinya kembali.

“Oppa kau jahil sekali” kataku sambil tersenyum padanya.

“Mianhae telah mengagetkanmu, waktunya bermain-main. Kajja” ekspresinya yang polos sangat berbinar-binar. Aku selalu menyukai ekspresi itu.

“Camkan, aku harus mengambil sandalku dulu di belakang” jawabku.

“Ne, akan ku tunggu disini” dia mengerlingkan matanya padaku, sambil menopang dagunya dengan kedua matanya dengan bertumpu pada kayu yang membingkai jendelaku.

Aku buru-buru mengambil sandalku di halaman belakang rumah, setelah itu dengan setengah berlari aku buru-buru kembali ke kamarku dengan membawa sepasang sandal di tangan kiriku. Aku menutup pintu kamar sebelum aku berjalan mendekati jendela kamar, menghampirinya yang sedang menungguku. Dia kembali tersenyum padaku aku pun membalasnya. Dia memegangi sandalku sedangkan aku berusaha untuk memanjat ke jendela kamar. Dia membantuku meloncati jendela kamar, aku menepukkan kedua tanganku setelah berhasil mendarat dengan sempurna ke tanah.

“Pakai sandalmu” katanya sambil berjongkok memakaikan sandal ke kakiku.

“Aku bisa melakukannya sendiri oppa” sahutku, dia kembali berdiri menghadapku kemudian menggenggam tanganku. Beberapa detik kemudian langkah kami beriringan menciptakan jejak kaki di tanah. Aku tertawa puas sambil menelentangkan satu tanganku yang tidak di genggamnya. Aku selalu menyukai hujan, aku memejamkan mataku menghirup bau hujan dan menikmati dingin dan lembutnya setiap sentuhan titik air hujan di kulitku.

Aku dan dia menghentikan langkah kami di pinggir pantai, aku duduk berselonjor di atas pasir menikmati pemandangan yang tak bosan-bosannya kami lihat setiap hari. Dia pun mengikuti gerakanku, duduk berselonjor di atas pasir persis disampingku.

Aku anak dari keluarga Shin di kota ini, Shin Hyo Soo itulah namaku, aku anak satu-satunya dalam keluarga. Sepi, begitulah keadaan rumahku apabila eomma dan appa sedang pergi, aku hanya ditemani oleh pengasuhku dari kecil. Umurku sekarang 16 tahun, aku lahir dan besar di kota kesayanganku ini, Mokpo. Kota pantai, begitulah kebanyakan orang menjuluki kotaku. Ayahku pengusaha dan juragan ikan terbesar di kota ini.

Dan disampingku ini, seorang anak dari keluarga Lee. Pengusaha dan juga pemilik beberapa kapal terbesar di Mokpo. Dia bernama Lee DongHae. Donghae oppa beda dua tahun dari umurku, dia berumur 18 tahun sekarang. Dari kecil aku dan Donghae oppa sudah sangat akrab, dia juga anak satu-satunya dalam keluarganya.

“Hyo Soo-ah ingin lomba lari denganku kesana?” Dia berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang masih bersisa pasir-pasir. Dia menunjuk sebuah batu karang besar di pantai sebelah kanan kami.

“Siapa takut” jawabku menanggapi, dia memberikan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku pun menepuk-nepuk sisa pasir di pakaianku.

“Kau siap? Hana…tul..set… go!!” dia memberikan aba-aba memulai. Larinya sangat kencang, aku ketinggalan cukup jauh di belakangnya. Aku dan dia terus berlari dipinggir pantai menciptakan cipratan-cipratan air laut karena langkah kami. aku tidak mau menyerah, ku tambah kecepatanku. Tapi sandal yang kupakai malah terlepas dan hanyut. Aku menghentikan lariku, memandang sandal sebelah kiriku yang semakin menjauh terseret ombak.

“Hyo Soo-ah waeyo..??” dia pun menghentikan larinya, aku melihatnya sejenak kemudian memandang kearah sandalku yang hanyut lagi. dia melangkah menghampiriku.

“Waeyo Hyo Soo-ah??” tanyanya lebih pelan ketika sudah berdiri persis disampingku.

“”Bwa!!” aku menunjuk kea rah sandalku yang hanyut, dia mengikuti arah telunjukku. “sandal sebelah kiriku hanyut oppa” sedikit nada sedih dalam suaraku.

“Arasso” dia berjongkok kemudian menarik lembut sandal sebelah kanan yang masih aku pakai.

Aku menatapnya heran, tapi kemudian dia juga melempar sandal sebelah kananku itu ke laut. Aku tersentak dengan apa yang dia lakukan.

“Apa yang kau lakukan oppa, itu salah satu sandal kesayanganku” kataku protes padanya.

“Algaesseumnida” mukanya tenang menatapku. “jangan biarkan mereka terpisah. Mereka dibuat berpasangan. Kau memiliki keduanya atau kau kehilangan keduanya, itulah pilihannya. Lagipula kalau mereka terpisah juga tidak akan berfungsi lagikan? Tidak mungkin bagi kita mengambil pasangan sandalmu yang hanyut di laut. Jadi biarkan sekalian keduanya hanyut. Itu lebih baik” jelasnya panjang lebar, aku menatap lekat ke wajah Donghae oppa, aku tersenyum.

“aku pun akan melakukan hal yang sama”  katanya lagi kemudian mengamit kedua sandalnya yang sedang dipakainya dan melemparnya juga ke laut.

“Kenapa kau membuangnya?” tanyaku heran.

“Kau tidak memakai alas kaki, dan aku pun juga tidak” jawabnya “sepertinya ini lebih menyenangkan” lanjutnya sambil menjinjit kakinya dan memain-mainkannya ke pasir.

“Ayo balap lagi” kataku sambil mengambil seribu langkah, dia terkejut karena tidak siap dengan aba-abaku.

“Yaaa… kau curang Hyo Soo-ah. Lihat saja aku akan menangkapmu” teriaknya lalu mengejarku. Langkahnya cepat sekali. Aku pun menanbah kecepatanku agar tidak tertangkap olehnya. Tapi dengan mudah dia menarik ujung pakaianku dan memelukku dari belakang.

DEG…

Aku terdiam dengan perlakuannya, aku tidak bisa menemukan oxygen untuk bernapas. Jantungku berdegup kencang. Ada apa ini??

“Jangan harap kau bisa berbuat curang padaku ara..” katanya tepat di telingaku. Aku yakin sekali pasti jarak kami sangat dekat sehingga aku bisa merasakan hembusan napasnya saat dia berbicara. Aku melepaskan pelukannya dengan kaku. Aku melihat banyak bintang melintas di kepalaku.

Dari belakang aku bisa merasakan dia menahan tanganku. “Kau kenapa..??” tanyanya dengan nada khawatir. Kurasa sikapku aneh sampai-sampai mampu mengundang kekhawatirannya. Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat sambil berusaha mengembalikan puing-puing kesadaranku yang sempat terpencar akibat perlakuan Donghae oppa.

“Gwencaha” kataku tersenyum ceria, membalikkan tubuhku menghadapnya.

“Kau membuatku khawatir saja” Donghae oppa menghembuskan napas leganya.

Kami bermain-main di pinggir pantai hingga sore. Sengaja ingin melihat sunset terlebih dahulu sebelum kami pulang ke rumah masing-masing. Entah kenapa, aku merasa kebersamaan kami hari ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Jantungku terus saja berdegup sangat kencang tanpa henti. Aku menatap wajah Donghae oppa dari samping, dia tersenyum manis sekali memperhatikan sunset seperti itu. Padahal kami sangat sering melihat pemandangan di depan kami, tapi ekspresi takjub tidak pernah tinggal di wajah tampan itu. Tanpa terasa aku tersenyum melihatnya.

“Yaaa… kenapa kau memperhatikanku seperti itu..??” Tanya Donghae oppa yang sadar kalau sejak tadi aku memperhatikannya.

Aku tersenyum dengan senyum polosku. “Selama ini aku tidak pernah memperhatikan ekspresi oppa ketika melihat sunset. Ternyata ekspresi oppa tadi sangat lucu” jawabku seadanya.

“Yaaa.. kau meledekku” katanya cemberut, itu semakin membuatku geli melihat tingkahnya. Seperti anak kecil saja.

Aku memandang matahari yang telah berganti bulan. Sudah saatnya matahari menyinari bumi bagian lain. Kami terdiam, aku tidak tau harus melakukan apa. Aku hanya diam di tempatku. Tiba-tiba Donghae oppa merangkulkan tangannya di bahuku dan mendorong sedikit kepalaku agar bersandar di bahunya. “Aku takut” katanya kemudian, terkandung kegalauan dalam nada suaranya.

Aku mendongakkan kepalaku agar bisa melihat wajahnya, tapi dia menahan kepalaku dengan tangan kekarnya. Dia tidak ingin aku melihat kegalauannya yang terpancar sempurna di wajahnya yang tampan. Aku bingung dengan perkataannya. Tapi aku diam, aku takut akan mengganggu suasana. Dapat kulihat dari ekor mataku kalau dia sudah mengeluarkan cairan bening dari matanya.

Aku mencoba menegakkan kepalaku agar bisa melihatnya, aku tidak bisa membiarkan dirinya menangis meskipun aku tau dia bisa menangis dengan mudah atas alasan apapun, tapi yang kurasakan hari ini berbeda. Lagi-lagi dia menahan kepalaku agar tetap bersandar di bahunya.

“Kumohon jangan bergerak. Tetaplah seperti ini” katanya, aku menurut. Berharap dengan sikapku ini mampu menghiburnya.

“Jangan sembunyikan apa pun dariku oppa. Karena bagaimanapun kau mencoba menyembunyikannya aku tetap bisa melihatnya” jawabku. “Jangan menangis lagi” lanjutku, tapi aku pun merasakan cairan bening itu juga membasahi pipiku. Aku tidak bisa melihatnya menangis karena aku pun akan menangis.

“kau menyuruhku jangan menangis, tapi kau pun juga menangis. Dasar yeoja aneh” dia menanggapi. Aku memukul bahunya dengan tanganku yang bebas. Lalu suasana kembali hening.

“Tidak terasa  aku telah lulus dan sebentar lagi  akan kuliah di Jepang. Kuharap kau akan baik-baik saja disini. nanti aku pasti akan merindukanmu. Jangan pernah lupakan semua kenangan tentang kita Arasso..??” Donghae oppa kembali bersuara.

Mendengar kata-katanya hatiku sakit. Itu tandanya aku akan kehilangan seseorang yang telah menemani hari-hari selama ini. aku menangis lagi, tapi kali ini tanpa ketahuan olehnya. Kenapa disaat aku sudah menyadari kalau perasaan yang ada di hatiku terhadapnya adalah cinta, aku harus melihatnya meninggalkan Mokpo. Hatiku sakit sekali mendengarnya. Tidak bisa kubayangkan kalau setiap hari aku tidak bisa melihat sosoknya yang melindungiku. Setiap hujan, aku berjalan-jalan menikmati pemandangan pantai tanpa dirinya. Rasanya aku tidak siap untuk kehilangannya.

Aku mengumpulkan kekuatanku, dan menyiapkan suaraku. “Kau tidak perlu khawatir oppa. Kita hanya berpisah untuk waktu dua tahun saja, setelah itu aku juga akan menyusulmu dan berkuliah di Jepang  juga. Mungkin kita berdua seperti sandal yang hanyut tadi. Memiliki keduanya atau kehilangan keduanya. Kau ingat kata-katamu tadi kan..??” aku mencoba tersenyum, Donghae oppa tidak menahan tangannya lagi sehingga aku dapat mendongak memperhatikan wajahnya yang sedih.

Dia tersenyum begitu melihatku tersenyum untuknya. “Kau serius ingin menyusulku ke Jepang??” tanyanya.

Aku mengangguk. “jangan GR, aku ke Jepang  juga untuk berkuliah disana bukan hanya untuk bertemu denganmu” kataku.

Donghae oppa mengacak-acak rambutku. “Aku tidak peduli untuk apa kau kesana nanti. Tapi aku juga pasti akan menunggumu disana” jawabnya.

“Yaksok..??” kataku sambil mengacungkan jari kelingkingku.

“Ne, yaksok” jawabnya sambil menautkan jari kelingkingnya di jari kelingkingku kemudian kami sama-sama tersenyum. Dan menjaga janji yang telah kami buat hari ini. aku tidak akan melupakannya.

“Dua hari lagi aku berangkat ke Jepang. Kau harus datang” dia mengingatkan. Aku mengangguk mantap.

Sedih, tentu saja itu yang aku rasakan. Menyambut kepergian orang yang benar-benar di cintai, yang telah menemani hari-hariku tapi yang parahnya dia tidak tau kalau aku mencintainya. Aku merenung di jendela kamarku. Aku yakin dengan janji yang telah kami buat, dia pasti akan menungguku disana dan setelah saat itu tiba baru aku akan mengungkapkan perasaanku padanya. tidak peduli dengan apa jawabannya nanti. Aku mengganti pakaianku, karena aku akan ke rumah Donghae oppa dan mengantar kepergiannya. Karena aku sudah janji padanya. aku menyampirkan tas kecilku. Aku memakai celana setengah tiang, dan Hoodie berwarna kuning tak lupa aku memakai topi rajutanku, rambutku ku kuncir dua dan kusampirkan ke depan.

“Eomma aku pergi dulu” pamitku pada eomma yang sedang duduk santai menonton TV sambil membuka-buka majalah.

“Oeddie kayo..??” Tanya eomma padaku.

“Aku ingin ke rumah Donghae oppa, hari ini dia pergi ke Jepang. Aku ingin bertemu dengannya sebelum dia pergi.” Jawabku apa adanya.

“Tapi sekarang hujan”

“Aku harus pergi eomma”

“Kau tidak boleh pergi kalau hujan belum reda. Bagaimana kalau kau sakit”

“aku tidak akan sakit eomma. Aku membawa payung. Kumohon, aku sudah hampir telat” kataku memelas.

Eomma menatap dalam ke mataku, aku tidak bisa menolaknya lagi. “Hujan di luar sangat deras, jangan memaksakan diri. Tungulah” perintah eomma padaku.

Aku duduk gelisah di ruang tamu, menunggu hujan berhenti, setidaknya sedikit reda. Aku terus memperhatikan jam tanganku, sms dari Donghae pun sering aku terima karena disana dia telah menungguku. Kurasakan HandPhone ku kembali bergetar, aku yakin itu pasti dari Donghae oppa.

From : Donghae oppa

5 menit lagi aku berangkat. Kau dimana..?? aku tidak bisa mengulur-ulur waktu lagi.

Aku meneteskan airmata sambil membaca sms nya. Dia telah beberapa kali membujuk Sopir bis yang akan membawanya ke bandara sampai menungguku datang. Tapi aku malah masih di rumah. Aku tidak bisa menunggu lagi. aku melihat eomma lengah memperhatikanku, seketika aku pun melarikan diri, berlari sekencang-kencangnya sebelum eomma menyadari aku kabur dan menyuruh satpam rumah untuk mengejarku. Aku tidak peduli jika setelah ini aku harus sakit, yang terpikir di otakku saat ini hanyalah untuk bertemu Donghae oppa sebelum dia pergi.

Pakaianku basah semua karena hujan. Aku terus berlari, bagaimana pun caranya aku harus sampai ke rumah Donghae oppa dalam waktu lima menit. Berkali-kali aku terjatuh karena jalanan yang licin, berkali-kali pula aku bangkit. Kakiku terluka dan berdarah karena terjatuh, topi rajutanku jatuh entah dimana, kunciran rambutku pun sudah tidak rapi. Aku terus berlari dengan sedikit terpincang, menahan rasa sakit akibat lukaku. Sebentar lagi aku sampai, rumah Donghae oppa sudah mulai terlihat. Aku berharap semoga kedatanganku tepat waktu, aku semakin mempercepat langkahku. Kulihat di ujung jalan sebuah bis sudah siap untuk melaju.

“JANGAN PERGI DULU…..” aku berteriak di tengah langkah berlariku. Tapi bis itu tetap berjalan, semakin lama semakin cepat.

Aku tidak mau kalah, aku menambah kecepatanku mengejar bis itu. Dengan terus meneriaki nama Donghae oppa. “DONGHAE OPPAAAAAAA” teriakku sambil menangis.

“DONGHAE OPPA TUNGGU AKU” napasku semakin tersengal. Aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Hingga aku tersungkur di tengah jalan. Mataku masih memperhatikan kepergian Bis yang ada Donghae oppa di dalamnya hingga bis itu hilang dari pandanganku . Aku menangis sejadi-jadinya di tengah jalanan yang sepi. “Donghae oppa mianhae”

Aku terus saja menangis dan menyebut nama Donghae oppa. Aku sungguh menyesal tidak bisa bertemu dengannya. Hati ini rasanya sakit sekali, melebihi rasa sakit di tubuh yang aku derita. Penglihatanku semakin redup. Aku tidak bisa melihat sekelilingku lagi, kepala sangat pusing. Aku mencoba berdiri, tiba-tiba kakiku serasa lumpuh, aku terjatuh. Kemudian semuanya menjadi gelap di mataku.

To Bee Continue….

*******************************************************************************************************

©2011 S3FFIndo

Dont Forget! :

– Give YOUR COMMENT after read this FF. Be a good reader. oKEY?

– UNTUK SEMUA READERS, TOLONG BACA READ FIRST terlebih dahulu. Kami telah menginformasikan tentang semua page sehingga JELAS PAGE/SUB PAGE mana saja yang harus kalian tuju terkait dengan kepentingan kalia, dan info-info lainnya yang mungkin membantu kalian semua ^^

– Thanks for Read and Comment this FF. Feel comfort to stay here and TOGETHER, BEYOND OUR IMAGINATION ~ ^0^

****************************************************************************

[FF/S/1/PG-15] Not Reason To Love

Judul : Not Reason To Love

Penulis : Yayang Fitria Anggraini

Editor: Hyo In

Pemeran Utama

  • Choi Yoon Yang (Yayang)

Pemeran Tambahan :

  • Kim Kyu Jong SS501
  • Shim ChangMin DBSK
  • Shin Ha Ra
  • Shin Hyo Mei

Lenght : Chaptered [1/5]

Rating : STRAIGHT/PG-15

Genre : Romance

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Read the rest of this entry