(NC-17) With All My Heart – Chapter 2 (We Meet Again)

Preview 01 02 03 04 05

“Joo Yeon ssi, bisakah kamu menelpon Hye Rin untuk datang kemari? Terima kasih.”

“Okay.”

Aku mematikan intercom dan menekan nomor extension Hye Rin. Ia datang datang beberapa menit kemudian dan langsung masuk ke ruangan Yoo Chun. Aku tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan, tapi tidak lama kemudian Yoo Chun meminta ku untuk masuk ke ruangannya. Mereka sedang duduk di sofa, dan Yoo Chun mengisyaratkan untuk duduk. Aku mengambil tempat duduk berhadapan dengan Hye Rin.

“Joo Yeon ssi, aku mau kau menemani Hye Rin ke acara pembukaan klub salah satu teman baikku.Aku minta maaf memberitahumu tiba-tiba seperti ini, aku benar-benar lupa dengan undangan tersebut. Aku ingin pergi tapi aku ada makan malam bisnis dengan orang jepang hari ini dan aku tidak ingin Hye Rin pergi sendirian.”

Mataku melebar, tidak percaya dengan apa yang kudengar. “Eh? Klub? Tapi apa yang harus kulakukan disana? Aku belum pernah ke klub.”

“Jangan khawatir, kau tidak perlu melakukan apa-apa. Hye Rin yang akan menyapa temanku.”

“Tapi aku tidak memiliki pakaian untuk pergi ke klub.” Aku menjawab.

“Kita akan pergi belanja sepulang kerja, Joo Yeon ah. Traktiran dari oppa.” Ia mengedipkan mata padaku. “Aku sudah memberitahu oppa untuk mengizinkanmu pulang lebih awal jika ia tidak mau aku pergi sendirian.” Hye Rin tersenyum.

“Aku tidak bisa menerimanya.”

“Tidak apa2, Joo Yeon ssi. Anggap saja sebagai bonus karena telah bekerja padaku selama 2 tahun.”

Aku menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Aku tidak bisa berkata tidak untuk permintaan dari atasanku, jadi aku menelpon mom dan memberitahunya kalau aku akan pulang telat. Pesta akan dimulai pukul 7 dan Hye Rin memberitahuku untuk menunggu di basement jam 4.30. Pada awalnya, aku pikir Hye Rin akan menuju ke mall terdekat, tapi ternyata kami menuju ke butik. Dia memarkirkan mobilnya dipinggir jalan dan memberitahuku untuk ikut bersamanya. Kami berjalan menuju toko, para staf membungkuk dan memberi salam padanya.

“Selamat siang, Nona Park. Apa yang bisa kami bantu?”

Aku terdiam tak percaya, bahkan para staf mengenalinya.Ia pasti pelanggan tetap disini. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling toko. Aku belum pernah menapakkan kakiku di butik seperti ini, bahkan tidak dalam mimpiku. Hye Rin berjalan menuju sofa dan meminta katalog. Ia meminta para staf untuk membawakan koleksi baju terbaru musim ini. Aku berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya. Ia memberikanku katalog untuk aku lihat.

“Joo Yeon ah, lihat di kalatog itu lalu beritahu mereka baju yang kau inginkan. Mereka akan membawakannya untukmu.”

“Hye Rin ssi, bisakah aku kenakan baju ini saja? ” Aku menunjuk ke pakaian kerjaku. “Aku tidak yakin cocok dengan pakaian-pakaian ini.”

“Kita akan pergi ke pesta, bukan ke kantor. Lagipula, Aku membawamu ke pesta sebagai temanku dan bukan sekertaris oppa. Apa kau mau membuatku malu didepan teman-teman oppa?”

“Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya—”

Dia memotong ucapanku. “Lihat saja katalognya dan tunjukkan pada mereka yang mana yang kau suka.”

Dari gerakannya terlihat kalau ia tidak mau membahas masalah ini lagi, ia berbalik untuk melihat pakaian yang ditunjukkan padanya. Setelah beberapa menit, ia memilih gaun pendek tanpa tali berwarna merah yang terbuat dari satin dan meminta mereka untuk membungkusnya. Heh? Ia tidak mencobanya dulu? Bagaimana jika potongannya tidak pas dengan bentuk tubuhnya? Lalu ia menyuruh staf untuk mengeluarkan koleksi sepatu. Ia mencoba beberapa dari sepatu-sepatu tersebut, dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada sepatu merah bertali dengan hak setinggi 9 cm. Aku menggelengkan kepalaku; sambil berkata inilah cara belanja jika kau berasal dari keluarga kaya raya.

Aku melanjutkan untuk melihat katalog, berpindah dari satu halaman ke halaman berikunya dan kutunjukkan pakaian yang ingin kucoba. Mereka membawakan permintaanku dan membawanya ke kamar ganti. Aku memilih dua potong pakaian yang terdiri dari atasan lengan pendek dan celana panjang, keduanya berwarna hitam dan terbuat dari sutra. Model atasannya sangat sederhana, tanpa keliman ataupun renda, hanya ditambahkan ikat pinggang yang terbuat dari satin ditaburi manik-manik dibagian bawah garis dada. Aku melihat ke cermin, lumayan. Kemudian aku melihat label harga dan hampir berteriak. Harga 2 potong pakaian ini hampir sama dengan gajiku sebulan, bahkan lebih mahal. Apakah mereka menggunakan benang emas untuk membuat pakaian ini?

“Joo Yeon ah, keluarlah. Biar aku lihat.”

Aku berjalan keluar dari ruang ganti dan berdiri di hadapannya. Dia memandangku dari atas hingga bawah lalu mengambil napas dalam-dalam.

“Apakah kau akan pergi ke pemakaman? Ganti.” Kemudian dia memanggil seorang staff dan menunjuk ke katalog. “Berikan ini padanya.”

Staf tersebut berjalan ke rak pakaian yang ada di tengah ruangan dan kembali dengan membawa gaun hitam setengah lutut. Mereka menunjukkannya padaku.

“Coba yang ini dan tunjukkan padaku begitu selesai.”

Aku mengambil gaun itu dan berjalan kembali ke ruang ganti, ku ganti pakaian sebelumnya dan menggantinya dengan gaun hitam setengah lutut. Secara mengagumkan, gaun itu membalut tubuhku dengan sempurna. Terbuat dari satin, potongannya membalut tubuh bagian atasku dengan sempurna, dan melonggar mulai dari pinggang sampai lututku. Ada keliman yang ditambahkan dibagian dada dan gaun itu sedikit berlengan.  Aku tidak mengatakan pakaian sebelumnya buruk tapi gaun ini sangat menakjubkan. Kulihat lagi label harga, hampir sama dengan sebelumnya. Aku menggelengkan kepala; model gaun seperti ini bisa kudapatkan di Dongdaemun hanya 5% dari harga ini. Aku berjalan keluar dari kamar ganti dan sekali lagi berdiri di hadapan Hye Rin. Ia menelitiku dari atas hingga bawah, lalu berbicara pada staf.

“Bawakan sepasang sepatu yang cocok untuk gaun ini.”

Aku duduk di kursi, dan mereka mengambilkan sepasang sepatu dari rak yang sama dengan gaun ini, lalu meletakkannya di dekat kakiku. Sepatu itu bertali dengan bentuk X dibagian depannya dan tali lainnya dilingkarkan diseputar pergelangan kaki dengan pita yang berhiaskan Swarovski. Aku bangkit berdiri setelah memakai sepatu itu dan melihat diriku sendiri di cermin. Aku hampir tidak bisa mengenali diriku sendiri. Dengan gaun dan sepatu ini, Joo Yeon yang biasa-biasa saja berubah menjadi wanita yang berbeda hanya dalam hitungan detik. Aku melihat Hye Rin tersenyum melalui cermin.

“Daebak. Kita ambil ini. Tolong bungkus dan masukkan ke dalam tagihan saya. Ayo, Joo Yeon ah. Berikan pada mereka gaun dan sepatumu. Kita masih harus mampir ke satu tempat lagi.”

Aku berjalan kembali ke ruang ganti dan memakai kembali pakaianku. Kupikir pakaian saja sudah cukup, aku tidak membutuhkan yang lain lagi. Kami menunggu sementara para staf membungkus pakaian kami, kemudian kami keluar dari toko. Hye Rin mengendarai mobilnya menuju selatan, dan memberhentikan mobilnya disuatu tempat. Aku melihat dari jendela mobil, Jenny House? Apa yang akan kami lakukan disini? Ia menarikku keluar dari mobil dan masuk ke dalam salon. Seseorang menyapa kami di pintu depan.

“Selamat datang, Nona Park. Silahkan duduk; saya akan memanggil Jenny untukmu.”

“Terima kasih.”

Dan lagi-lagi, mereka mengenalinya. Disini pasti ia juga pelanggan tetap. Sementara aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, seseorang keluar dari dalam salon. Ketika ia melihat kami, tepatnya Hye Rin, dia langsung tersenyum lebar dan membentangkan kedua tangan untuk memeluknya.

“Jenny!” Hye Rin berseru.

“Hye Rin!” Ia menjawab.

Aku mengangkat sebelah alisku, orang ini yang bernama Jenny? Sekarang aku mengerti. Ia gay, kalian akan mengetahuinya dari caranya berbicara dan berjalan.

“Apa yang membuatmu datang kemari, manis? Oh ya, dimana oppa mu?” Ia mulai memainkan alisnya naik turun. Dahiku berkerut.

“Sudah kubilang, oppa ku tidak masuk dalam pembahasan. Aku butuh bantuanmu.” Hye Rin menarik tanganku untuk berdiri di hadapan Jenny. “Gunakan sihirmu padanya.”

Ia melihatku dari atas hingga bawah kemudian memutar tubuhku. Ia menyeringai.

“Warna apa?”

Aku tetap terdiam, Hye Rin yang menjawab. “Hitam.”

“Bagus. Aku akan membawanya masuk. Jangan memanggilku Jenny jika aku tidak bisa mengubahnya. Dan untukmu manis, warnamu apa?”

“Merah.”

“Woo, keren. Ayo masuk kedalam.” Ia mengisyaratkan kami untuk mengikutinya kemudian ia mengangkat tangannya dan menepuk dua kali. “Girls, bawa masuk perlengkapan perang kita. Ada pekerjaan yang harus kita kerjakan.”

Selama satu jam, wajah dan rambut kami akhirnya selesai dikerjakan oleh Jenny dan asistennya. Hye Rin selesai terlebih dahulu, ia memberikan kunci mobilnya kepada seorang staf dan menyuruhnya mengambil pakaian kami. Aku memandang lewat cermin, Hye Rin memang sudah cantik walaupun tanpa make up tapi ketika memakai make up, kecantikannya semakin terpancar keluar dan ketika menggunakan gaun merah yang dibelinya hari ini, semua orang seakan tidak bisa melepaskan pandangan darinya. Ia terlihat menakjubkan, gaun merah membuat kulitnya bersinar dan rambut pendek ikalnya membingkai wajahnya dengan indah.

“Selesai. Ta…da…”

Aku sekali lagi tidak bisa mengenali wajahku ketika bercermin. Benar-benar wanita yang berbeda. Mereka membentuk alisku, memasang bulu mata palsu, wajahku di make up dan mengikal rambut panjangku. Lalu salah satu staf memberikan pakaianku dan membawaku ke ruang ganti. Ketika aku keluar, aku kembali melihat cermin. Aku tetap tidak bisa percaya wanita yang ada di cermin ini adalah aku. Terlihat sangat cantik. Semua orang yang ada diruangan bertepuk tangan.

“Bagaimana menurutmu, manis?” Ia berbicara pada Hye Rin sambil melihat hasil sihirnya padaku.

“Jenny, kamu memang make up artis no.1 di Korea. Terima kasih. Seperti biasa, masukkan saja ke tagihanku. Ayo, Joo Yeon ah. Kita hampir terlambat.”

Aku berterima kasih pada Jenny dan assistennya dan mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Butuh waktu 30 menit dari Jenny House menuju klub. Hye Rin memberhentikan mobilnya di valet service di pintu depan. Ia mengambil undangan dari laci depan kemudian keluar dari mobil. Kami diperbolehkan masuk ke dalam setelah Hye Rin menunjukkan kartu masuk pada pengawal. Klub sudah setengah penuh ketika kami sampai di sana. Aku mengedarkan pandangan melihat interior dan orang-orang, sepertinya klub ini ditujukan hanya untuk kalangan atas. Seperti yang kukira, kami menjadi pusat perhatian tapi tentunya Hye Rin yang mendapat lebih banyak dengan gaun merahnya. Aku berjalan dibelakang Hye Rin, sementara dia berusaha mencari pemilik klub. Ia berhenti ketika dilihatnya seseorang.

“Joon oppa!” Ia berjalan melewati keramaian.

“Oh? Hye Rin ah. Wah, malam ini kau sangat cantik. Datang sendiri? Dimana Yoo Chun?”

“Oppa ada meeting dengan orang jepang, jadi aku disini menggantikannya. Aku datang bersama temanku.” Ia menarikku kesisinya. “Joo Yeon ah, kenalkan ini Joon oppa, pemilik klub.”

Ia mengulurkan tangannya. “Annyeonghaseyo, saya Song Joon. Senang berkenalan denganmu.”

“Annyeonghaseyo, saya Seo Joo Yeon. Senang berkenalan denganmu juga. Selamat atas pembukaan klubnya.” Aku menyalaminya.

“Terima kasih.” Ia tersenyum.

“Oppa, selamat atas pembukaannya.”

“Terima kasih, Hye Rin ah. Sayang Yoo Chun tidak bisa hadir. Oh ya, idolamu sudah datang dari 10 menit yang lalu, tapi aku tidak tahu dimana ia sekarang. Ia datang bersama kedua temannya. ”

“Benarkah?” Ia terlihat senang.

“Yup.” Seseorang menghampiri kami dan berbisik ditelinga Song Joon. Dia mengangguk dan menatap balik kami. “Maaf aku tidak bisa menemani kalian, aku harus menyapa tamu-tamu yang lain. Buatlah diri kalian nyaman. Joo Yeon ssi, senang berkenalan denganmu.”

“Bye, oppa. Ayo, Joon Yeon ah. Kita harus mencari idolaku.”

“Hye Rin ssi, ada selebritis yang datang?”

“Aku rasa tidak, memangnya kenapa?”

“Tapi kau baru saja bilang idolamu.”

“Ah, sebenarnya ia teman oppa tapi ia telah menjadi idolaku sejak aku masih kecil.” Matanya menyusuri seluruh ruangan mencari seseorang.

“Ah, aku mengerti.” Aku mengangguk dan terus berjalan mengikuti Hye Rin, dan tiba-tiba ia berhenti.

“Oppa.”

Kehidupan sosial gadis ini sangat luar biasa. Ia kenal dengan semua teman Yoo Chun dan kali ini aku tidak tahu siapa lagi yang ia panggil oppa. Kami berjalan menuju 3 pria yang sedang berdiri didepan bar, sambil memegang minuman ditangan mereka. Aku tidak bisa melihat wajah mereka karena terlalu gelap, tapi ketika kami semakin dekat dengan mereka, mata ku membesar. Pria yang berdiri ditengah, ia Kim Jae Joong. Ia juga terlihat kaget saat melihat diriku. Kami bertemu kembali.

*****

“Jae Joong oppa.”

Aku sedang berbicara dengan Jun Su ketika seseorang memanggilku. Aku melihat 2 orang wanita sedang berjalan kearah kami. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah mereka tapi saat mereka semakin mendekat, aku mengenali wanita yang berjalan didepan. Ia adalah Hye Rin dan yang berjalan dibelakangnya, mataku melebar, aku tidak percaya bisa bertemu dengannya lagi secepat ini. Itu Joo Yeon. Apa yang sedang ia lakukan disini?

“Oh, Hye Rin ah. Dimana Yoo Chun?”

“Malam ini oppa ada meeting jadi aku mewakili dirinya.”

“Dia selalu sibuk. Kerja, kerja dan kerja. Apa ia tidak tahu ada waktu untuk bersenang-senang?”

“Namanya bukan Yoo Chun jika ia tidak workaholic.” Aku tertawa. “Ah, sebelum aku lupa. Hye Rin ah, kenalkan ini temanku, Kim Jun Su dan Jung Yun Ho.”

Dia mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan mereka. Aku memperhatikan Jun Su memegang tangan Hye Rin lebih lama dari yang seharusnya, seperti tidak ingin melepaskan sampai Hye Rin menarik tangannya lebih dulu. Jun Su berbisik ditelingaku.

“Jae, kenapa kau simpan sendiri wanita secantik ini? Seharusnya dari dulu kau perkenalkan kami.”

“Oppa, perkenalkan ini Seo Joo Yeon, seketaris Yoo Chun oppa. Joo Yeon ah, kamu sudah kenal dengan mereka berdua.” Ia menyalami tangan mereka, Hye Rin melanjutkan bicara. “Dan yang ini, Jae Joong oppa. Kim Jae Joong. Tunanganku.”

Ia terlihat agak kaget dengan kata terakhir dari Hye Rin tapi ia berhasil menyembunyikannya. Ia mengulurkan tangannya dan kami bersalaman.

“Annyeonghaseyo. Saya Seo Joo Yeon. Senang berkenalan denganmu.”

“Annyeonghaseyo. Saya Kim Jae Joong. Senang berkenalan denganmu juga.”

Selama beberapa menit kami saling bertukar pandang sampai akhirnya kami menarik tangan kami masing-masing. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan untuk menghindari tatapanku padanya.

“Oppa, lebih baik kita pindah ke sofa. Lebih nyaman daripada berdiri disini.”

Hye Rin berjalan lebih dulu, diikuti oleh Joo Yeon kemudian kami bertiga. Jun Su meraih lenganku dan menariknya untuk berjalan agak jauh dari mereka.

“Apakah benar Hye Rin tunanganmu?” Kedua alisnya saling bertaut.

“Itu yang selalu ia katakan ke semua orang semenjak ia mengetahuinya. Orang tua kami yang merencanakan pertunangan tersebut, tapi aku selalu menganggapnya seperti adikku. Kenapa? Kau tertarik padanya?” Kugoda dirinya.

“Apa terlihat jelas diwajahku?”

“Iya, sangat jelas.” Aku tertawa.

“Oppa, ayo cepat. Apa yang sedang kalian lakukan?”

Mereka menemukan sofa besar yang bisa ditempati oleh 6 orang. Hye Rin memesan dry martini sementara Joo Yeon dan Jun Su hanya memesan soft drink. Jangan terlalu kaget, Jun Su tidak bisa minum alcohol dan lagipula dia juga tidak menyukainya. Yun Ho dan aku tidak memesan, karena minuman kami masih setengah gelas penuh. Kami semua berbincang-bincang dan seperti biasa pembicaraan dimonopoli oleh Hye Rin. Joo Yeon duduk dengan tenang sambil mempehatikan orang-orang di klub. Kemudian seseorang menghampiri kami dan berdiri hadapan Yun Ho.

“Boleh berdansa denganmu?” Seorang wanita mengajak Yun Ho untuk berdansa.

“Yaaa, Yun Ho. Ada yang mengajakmu berdansa. Pergilah.” Jun Su menggodanya.

Yun Ho tersenyum, lalu berdiri dan berjalan menuju lantai dansa. Dan dalam sekejap, begitu menapakkan kakinya di lantai dansa, ia langsung menyatu dengan musiknya. Hye Rin menggelayut di lenganku.

“Oppa, aku ingin berdansa juga.”

“Maaf, Hye Rin ah. Aku sedang tidak mood untuk berdansa. Aku lelah.”

“Oppa—” Ia cemberut lalu Jun Su angkat bicara.

“Hye Rin ssi, aku bisa berdansa denganmu. Jae Joong sangat sibuk hari ini dikantor. Bagaimana?”

“Hmmm…..baiklah. Yuk.”

Joo Yeon bangkit dari duduknya supaya Hye Rin bisa keluar. Ia duduk kembali di sofa dan sekarang tinggal kami berdua. Aku memperhatikannya dari tempat dudukku. Ketika ia datang dengan Hye Rin, aku hampir tidak mengenalinya. Dengan pakaian dan make up, penampilannya jadi berbeda. Aku bisa melihat beberapa pria yang melewati kami memperhatikannya tapi mereka tidak berani mendekat karena ada aku. Sepertinya ia merasakan tatapanku karena ia tiba-tiba berbalik dan menatapku.

“Ada yang aneh di wajahku? ”

Aku menggeleng. “Tidak, hanya terlalu kagum dengan perubahanmu malam ini.”

“Oh, ini bukan aku yang biasanya. Hye Rin yang membuatku jadi seperti ini.”

“Ahh, pantas saja.” Aku mengangguk. “Soal Hye Rin, kau sudah memberitahunya kalau kita akan jadi saudara?”

“Belum, aku rasa aku tidak punya alasan untuk memberitahunya. Lagipula, aku tidak tahu kalau ia tunanganmu sampai malam ini.”

“Kau benar. Aku rasa ini tugasku untuk memberitahunya.”

Pembicaraan kami berakhir begitu saja. Tapi setidaknya aku membuat kemajuan dengannya; ia berbicara lumayan banyak denganku. Joo Yeon mulai memainkan gelasnya kemudian menatap ke arah lantai dansa.

“Ingin dansa? ”

“Aku? Dansa? Lebih baik aku tetap disini sebelum akhirnya mempermalukan diri sendiri.”

“Sayang sekali.” Aku tersenyum.

Dahiku berkerut, karena ia menatapku dengan curiga. Aku tidak merasa mengatakan sesuatu yang salah sampai  ia harus menatapku seperti itu. Joo Yeon bergerak sedikit menjauh dariku dan kembali menatap ke lantai dansa. Aku mendesah dan berpikir, apa yang sudah kulakukan sampai bisa memiliki adik sepertinya. Aku melihat dari jauh Hye Rin dan Jun Su kembali. Mereka terlihat bahagia. Aku rasa Jun Su sangat tertarik pada Hye Rin. Joo Yeon kembali berdiri agar Hye Rin bisa masuk dan duduk.

“Oppa, oppa harusnya lihat saat Jun Su oppa berdansa. Ia sangat hebat.”

“Hye Rin ssi, jangan terlalu memujiku.”

“Tentu saja tidak, aku mengatakan yang sebenarnya. Tapi …..Jae Joong oppa tetap yang terbaik menurutku.” Ia tersenyum lebar.

“Okay, cukup buat pujiannya. Aku mau pulang sekarang dan kau juga, Hye Rin ah. Sekarang sudah jam 12 malam. Jun Su ya, cari Yun Ho dan tanya apa ia mau ikut pulang.”

“Okay. Kita ketemu di pintu keluar.”

Jun Su berjalan melewati keramaian dan aku bersama para gadis berjalan ke pintu keluar. Hye Rin memberikan kunci mobilnya ke valet sementara aku menunggu Yun Ho dan Jun Su.

“Joo Yeon ah, tidak apa-apakan kau pulang dengan taksi? Aku sangat lelah jadi ingin langsung pulang ke rumah.”

“Oh—baiklah.”

Begitu tiba, Hye Rin langsung berjalan ke mobilnya dan melaju keluar dari halaman klub. Keningku berkerut melihat tingkah Hye Rin, bisa-bisanya ia menyuruh Joo Yeon pulang naik taksi dengan pakaian seperti itu. Aku menggelengkan kepala, Hye Rin selalu kurang perhatian pada orang-orang disekitarnya. Aku langsung memberikan kunci mobilku ke pegawai valet.

“Aku antar pulang.”

“Eh? Tidak perlu. Aku bisa pulang naik taksi.”

“Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pulang sendirian jam segini dengan pakaian seperti itu naik taksi? Aku tidak mau disalahkan oleh ibumu jika sesuatu terjadi padamu.” Ia berusaha berbicara, tapi buru-buru kupotong. “Disamping beliau tahu atau tidak.”

“Kau tidak bisa memaksaku.” Ia menatapku dengan marah.

“Yakin? Siap jadi pusat perhatian?” Kutantang dirinya.

Ia terlihat kesal kemudian melipat tangannya dan membuang wajahnya ke sisi lain. Aku menelpon Jun Su, memberitahunya aku pulang duluan dan tidak bisa menunggu mereka. Beberapa menit kemudian, mobilku tiba. Aku berjalan kearah bangku pengemudi, sementara pegawai valet membukakan pintu untuknya. Selama perjalanan ia terus memandang ke arah luar jendela. Ini pertemuan kami yang kedua kali dan aku sudah membuatnya kesal tapi ini bukan salahku. Aku berusaha baik padanya tapi ia menolak.Aku tidak mengerti apa yang ada dipikirannya.

Aku menepikan mobil ketika kami tiba di apartemennya. Ia mengucapkan terima kasih dan langsung melangkah keluar dari mobil. Tidak ada kesempatan bagiku untuk mengucapkan sesuatu padanya. Kugelengkan kepala, rasanya tidak habis pikir; wanita memang susah dimengerti.

Posted on 6 May 2011, in AUTHOR and tagged , . Bookmark the permalink. 21 Comments.

  1. Hua keren thor lanjut

  2. Baguuuuuuus ceritanya, ada yunho jg >.< Ayo lanjut author!

  3. hadu, joo yeon nya kelewat cuek sm jae joong .
    bagus bgt ceritanyaa 🙂
    ayoo cpt lanjutannya !!

  4. missnandaa 최민호

    Hwo….jooyeon dlm bygn ku uda glamor bgt thor, tp hyerin lebih kyaknya, aq sk pemakaian bahasany, formal jadi ngeresapin jalan crtanya…lanjut thor~^^

  5. tuh jooyeon bener2 dech
    Neg think bgt ama jae oppa
    Ckckck

  6. Bagus author DAEBAK ceritanya, cepet lanjutin ya 🙂 hwiting buat author!!

  7. Q ska bgt ma crtanya,,alnya da Jaepa…
    bhsa yg dpke enak bgt,,,n mdah dresapi n dmngerti

    dtnggu ya lanjtannya,.,,

  8. omo~~ *speechless* daebak lanjut dah thor!! >,<

  9. lanjut thor, penasaran nih >.<

  10. Hyerin tega bgt, tp ngak pa2 jooyeon jd pulang sama jj, gmn cerita cinta y nanti ya? Aku penasaran abis lama bgt timbul benih2 y

  11. Keren thor.. Di tunggu next chap.. 😀

  12. Hiii… Autor, annyeong aq raeder bru nih, ffx bgus, cpet lnjutin donk…..

  13. wew,,gak sabar lanjutannya..ceritanya bikin penasaran,,typonya dikit bikin ff.a enak dibaca..good job ^^b

  14. Aaah~ aku suka karakternya jooyeon xD
    Cuek-cuel gimana gitu..
    Go go go jooyeon *apadeh
    Ah mau nanya, setiap tanda ***** itu ganti POV ya?
    m(_ _)m maaf nanya, awalnya pas baca chap 1 agak bingung kekekeke 🙂
    *rapel komen

  15. yahhh TBC lagii ayoo donk next part.a
    pnasaran sm JJ oppa

  16. Catharina & Kim Joo Yeon

    @ THx for the comments 🙂 Secepatnya di update

  17. hya…..makin dibaca makin bikin penasaran ma lanjutannya,,,

    ffnya bener2 daebak,,,
    aq lanjut next part dulu y,,,

  18. Aigooo kenapa tbc ?
    Menyebalkan kan jadi makin penasaran =3=
    loncat ke part 3 🙂

  19. diam2 jaejoong mulai perhatian sama joo yeon hahaha ..
    makin seru ~

  1. Pingback: (NC-17) With All My Heart – Chapter 3 (Fitting Day) « SHINee Super Shinki FF Indo

  2. Pingback: (NC-17) With All My Heart – Chapter 5 (New Home) « ミ SHINee Super Shinki FF Indo ♥

Leave a reply to reeenny Cancel reply