Son of the Sun (Part 1)

Title : Son of the Sun

Author : Rizki Widya Nur

Main Cast : Lee Hee Jin (OC) dan SHINee Members

Lenght : Chaptered 1/?

Rating : PG-13 + STRAIGHT

Genre : Romance

A.N : Terinspirasi dari photobook SHINee di barcelona, akhirnya timbul ide ini. khayalan tidak jelas yang akhirnya jadi FF. Ho ho ho… Kalo sempat di baca ya, chingudeul ^^

part 1 ini belum ada barcelona nya sih, tapi ntar di part 2 mulai ada, hhe..

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hujan menguyur tanah dengan derasnya. Lapangan SMA syung-Gyeol saat ini sepi, karena sebelumnya semua siswa berlomba untuk cepat sampai rumah masing masing sebelum awan yang berubah hitam mengeluarkan air yang tersimpan di dalamnya. Namun masih ada yang tersisa disana, seorang gadis berambut lurus sebahu terlihat duduk di bangku panjang di depan salah satu kelas. Dia memperhatikan rintikan hujan yang dengan kerasnya menghantam tanah. Tangannya mengepal di kedua lututnya. Dia menarik nafas panjang.

“Lee Hee Jin, kau tak boleh menangis lagi” gadis itu mengatakannya pada diri sendiri, karena tak ada orang lain selain dia di sana. Dia mengusap setitik air yang ada di ujung matanya. Sepertinya ini bukan air mata pertama karena di pipinya masih terlihat bekas air mata yang telah mengering. Gadis bernama Hee Jin itu menoleh ke arah ponsel yang tergeletak di sampingnya. Dia mengangkat ponsel itu dan dengan cepat menarik gantungan pororo yang tergantung di sana dengan kasar, hingga talinya putus. Setelahnya ia membuang boneka penguin kecil itu ke arah taman kecil di depannya. Gantungan ponsel itupun sukses mendarat di tanah becek yang masih di guyur hujan.

“Lupakan dia, Hee Jin.” Katanya lagi sambil berdiri. Dia memasuki kelas yang penuh dengan bangku kosong dan menyambar satu satunya tas yang berada di sana. Hee Jin mengunakan tas berwarna pink itu di punggungnya lalu berjalan begitu saja ke arah lapangan tanpa menggunakan apapun. Dia tak mengelak dari guyuran hujan yang membasahi rambut hingga ujung sepatunya.

“Jin-ah” sebuah teriakan dengan suara khas yang sangat Hee Jin kenal terdengar dari belakang. Entah sejak kapan ada orang selain dia di tempat itu. “Mianhe [maaf]” lanjutnya. Hee Jin tetap terdiam tak menoleh hanya berdiri, membiarkan air hujan membuat seluruh tubuhnya basah kuyup. Kali ini dia mengeluarkan lagi air matanya.

“Pakailah ini… maafkan aku. Apapunyang terjadi, aku tidak ingin melihatmu sakit. Berjanjilah untuk selalu menjaga dirimu.” Pemuda itu akhirnya berlari ke arah Hee Jin. Dia tetap menangis. Walaupun dia tidak ingin orang itu melihatnya seperti ini, tapi ia tetap tak bisa menahannya.

“Jebal..”

“Gomawo”, Hee Jin mengucapkan kata itu dengan sangat pelan. Tangannya yang bergetar menerima payung yang di berikan pemuda di depannya itu. Lalu dengan pandangan kosong dia melewatinya begitu saja, sambil menginjak air hujan yang telah turun ke bawah.

Kenapa kau tak pernah mengerti aku, minho-ah?, ujar Hee Jin dalam hati. Lagi lagi air matanya menetes, bercampur dengan air hujan yang tadi sempat membasahi wajahnya.

* * *

Hee Jin melihat bayangan dirinya di sebuah cermin. Dia menatap tepat di kedua bola mata hitamnya.

“Hee Jin, Hwaiting!” teriaknya sambil mengikatkan sebuah kain putih di kepalanya. Setelahnya ia mengambil sebuah pensil dan duduk di depan meja. Saat akan menempelkan pensil ke sebuah kertas kosong dia mendengar sebuah bunyi dari laptopnya. Dengan cepat Hee Jin menoleh ke arah sumber suara. Dia terlihat ingin memastikan sesuatu. Benar, itu sebuah mentions untuk account twitter rahasia yang baru saja dibuatnya beberapa hari yang lalu.

Key

Sedang sedih? Kenapa tidak melihat SM town concert di paris? RT @sara Wanna Crying

“Orang iseng…” Hee Jin bergumam kemudian kembali melirik ke arah kertas di depannya. Di pegangnya lagi pensil yang tadi sempat ia letakkan. Dia mulai menggoreskan sesuatu. Beberapa menit kemudian sebuah sketsa tampak memenuhi kertas yang tadinya kosong itu. Sebuah gambar yang menampilkan seorang gadis yang sedang duduk mengamati lapangan basket dengan begitu antusias.

“Aaaah!” Hee Jin berteriak sambil meremas kertas yang baru saja di gambarinya. Entah kenapa pikirannya malah membawa lagi memori yang tak ingin di kenangnya itu.

“Hee Jin-ah, babo!” Dia memukul kepalanya sendiri kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kepalanya ia tengadahkan ke atas, melihat langit langit kamarnya yang saat ini seperti akan jatuh dan menimpa dirinya.

Setelah memejamkan mata beberapa saat, Hee Jin melihat kea rah laptopnya kembali. Dia mengetik sesetuatu dan detik berikutnya mengklik tombol tweet di layar.

Sara

@Key Kau melihatnya?

Key

@Sara Aku sedang mengantri masuk, benar2 begitu lama. Lebih baik tadi aku pergi ke tembok berlin saja

Sara

@Key Oh ya? Benar2 beruntung. Bisa melihat Tembok berlin di perancis.

Key

@Sara tembok berlin sudah pindah ke paris 😀 Benarkah kau tak mau menontonnya? Sayang sekali, padahal aku mau mengajakmu duduk bersebelahan di kursi VIP. Aku ada 2 tiket.

Sara

@Key tidak perlu, aku bahkan sudah setiap hari bertemu dengan mereka

Key

@Sara benarkah? Siapa yang paling kau kenal? Seungri?

Sara

@Key Hhhaa, kau bahkan tak kenal siapa yang kau tonton

Key

@Sara akhirnya tertawa juga. Masih sedihkah?

Hee Jin akan menekan tuts di keyboardnya lagi tapi, kemudian menarik tangannya. Tidak seharusnya dia menanggapi ulah orang iseng yang sama sekali tidak dikenalnya. Apalagi ketika dia memang tidak tahu harus menjawab apalagi. Jujur beberapa menit yang lalu dia memang tersenyum-senyum sendiri karena membaca tulisan orang itu. Hanya saja buat apa dia meneruskan obrolan yang tidak ada artinya. Bahkan dia tidak tahu siapa yang dia ajak bicara. Orang itu memasang avatar Bernard bear di accountnya dan hanya beberapa fanpage yang dia follow. Dia bahkan tidak tampak mempunyai teman di sana karena hanya melakukan retweet dari beberapa fanpage. Tapi, itu jugalah yang dilakukan Hee Jin. Dia memasang Pororo sebagai avatar, tidak menuliskan info apapun dan hanya memfollow fanpage. Menuliskan status berisi curahan hatinya berpuluh-puluh kali dan sama sekali tidak pernah mementions siapapun. Key adalah yang pertama kali ia mentions. Kalo dia menyebut orang itu aneh, berarti dia juga sama anehnya. Account itu memang account rahasianya, ia buat agar bisa mencurahkan seluruh isi hatinya tanpa di baca oleh orang lain. Sekalipun ada yang membaca, tak ada yang tahu bahwa itu Hee Jin. Mungkin Key juga punya maksud tertentu membuat akun semacam itu.

Hee Jin menutup layar laptop apple putihnya dan berjalan ke arah ke tempat tidur. Merebahkan tubuhnya di atas kasur bersprei pink bunga dan memeluk gulingnya dengan erat. Ternyata orang asing bernama Key itu sedikit membantunya melupakan kejadian kecil yang mengingatkan pada masa lalunya. Sekarang dia bisa tidur nyenyak tanpa membawa kenangan pahit itu dalam mimpi.

***

“Kau tahu dimana letak Osaka?” sebuah peta di bentangkan di hadapan Hee Jin.

“Tentu saja di sekitar sini” Dia membuat lingkaran dengan jarinya mengelilingi Jepang di peta dunia yang ada di hadapannya.

“Dasar!” tangan yang cukup besar berhasil memukul kepalanya. Hee Jin hanya  nyengir kemudian memajukan bibirnya.

“aku hanya tahu kalo itu berada di Jepang, Oniisan” Gadis itu menggunakan kata ‘onnissan’ dengan  logat yang aneh. Dia kemarin sudah mencari tahu apa bahasa Jepang dari Oppa  dan berniat memanggil orang di depannya ini dengan sebutan itu.

“Kau tidak tahu dimana kau lahir?” Pemuda itu mendecakkan lidahnya “Kau ini memang sama payahnya dengan kakakmu”

“Siapa yang kau bilang payah?” seorang pemuda yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya keluar dari kamar mandi.

“Aaaah Jong Hyun-ah kau mandi lama sekali. Lihat aku sudah membeli ini” pemuda yang di panggil kakak itu menunjukan peta dan sebuah buku kecil berukuran tebal. “Aku benar-benar tidak sabar untuk…”

“SSTTT!” Jong Hyun mendelik ke arahnya dan menyuruh pemuda itu untuk diam. Kemudian dia beralih menatap  Hee Jin “Jin-ah, kenapa kau disini?”

“Aku hanya membukakan pintu kamar oppa.  Dia yang mengajakku ngobrol” Hee Jin tidak mau kesalahan di timpakan padanya, sejak tadi memang tetangganya  inilah yang mengajaknya berbicara tentang Negara kelahiran Hee Jin, menyombongkan diri karena dia pernah tinggal selama 5 tahun di sana bersama kakek dari ibunya yang memang orang Jepang.

“Sekarang kau keluar dulu!” Jong Hyun memerhatikan adiknya hingga ia menghilang dan menutup pintunya rapat. “Jin Ki.. aku belum mengatakan tentang kuis itu pada siapapun, jadi diamlah!!!”

“Kau belum memberitahu keluargamu tentang hal sepenting ini?” Jin Ki tampak kaget.

“Kau sudah jadi tetanggaku berapa lama? Kau tahu, kalo aku memberitahu mereka maka kalian bertiga akan di depak dari liburan istimewa ini dan mereka yang akan menikmatinya. Terutama Hee Jin.” Jong Hyun membuka almarinya dan mengambil pakaian.

“Benar juga. Pilihan yang tepat jika kau tetap mengajakku. Tapi, aku tidak suka panggilanmu. Tetangga? Kau saja menyebut Ki Bum dan Taemin sahabat. Padahal aku ini sudah berteman dekat denganmu bahkan sejak kau masih ngompol di celana. Wae? ” Jin Ki selesai mengomel tepat ketika Jong Hyun menutup lagi pintu kamar mandinya. Kalau saja dia tidak memberinya hadiah spesial awal tahun seperti yang di berikannya saat ini, Jin Ki tidak segan segan mengomel lebih lama setelah ia keluar. Tapi, sepertinya Jin Ki harus menahan emosinya sampai setelah mereka selesai berlibur.

*  *  *

Tank top dan celana pendek super mini. Sebenarnya sepasang pakaian itu yang ingin di kenakan olah Hee Jin saat ini.  Tapi, berhubung Jin Ki oppa masih di sini dan katanya  2 teman kakaknya yang biasa datang itu akan ke rumahnya, dia membatalkan niatnya untuk menggunakan pakaian yang cocok dengan musim panas seperti sekarang ini di depan televisi.

Sara

@Key sedang apa hari minggu seperti ini? Hari ini aku membatalkan niatku membeli

tiket pertandingan minho T_T

Hee Jin mengklik tombol tweet setelah mengetik beberapa kalimat. Kemudian dia melanjutkan menatap layar televisi dan meletakan i-phone apple miliknya di sebelah kepalanya. Sejak 2 bulan yang lalu  mengenal seseorang bernama Key di dunia maya, dia selalu berbincang dengan sosok misterius itu hampir setiap hari. Awalnya Hee Jin tidak begitu menyukainya yang selalu muncul tiba-tiba di akun twitter rahasianya . Tapi, lama kelamaan gadis itu merasa nyaman dengan kedatangan Key. Hee Jin bisa menceritakan beberapa kisah yang tidak bisa ceritakan pada teman-temannya di dunia nyata. Dia tidak harus menututupi apapun, bisa menceritakan semuanya dengan gamblang tanpa harus takut di anggap apa. Dan setelah selesai menceritakan semuanya, Hee Jin akan merasa sangat lega.

Hee Jin tidak mengungkapkan identitasnya dengan detail, begitu juga sebaliknya. Key hanya menyebutkan bahwa ia adalah seorang laki laki berumur 21 tahun yang kuliah di salah satu universitas di Seoul. Dulu Hee Jin tak menyukai cara seperti itu, kadang dia berpikir jangan -jangan Key menipunya. Hanya saja saling tidak menunjukan identitas asli ternyata juga ada kelebihannya. Apalagi  sekarang Hee Jin malah  tidak mau dirinya yang asli di ketahui Key, entah kenapa dia nyaman seperti ini. Seperti mencurahkan perasaan hati pada sebuah boneka, hanya saja boneka itu bisa memberikan tanggapan. Key juga menceritakan banyak hal padanya. Dia sering bercerita tentang ayahnya yang selalu menyuruhnya pulang karena tidak suka dengan jurusan yang di ambilnya. Sepertinya Key juga lebih nyaman melakukan hubungan seperti sekarang ini.

Annyeong”   sebuah suara membuat Hee Jin mengalihkan perhatiannya dari layar TV. Ternyata 2 teman kakak lelakinya itu sudah datang.

“Masuk saja ke kamarnya, Jong Hyun Oppa sudah menunggu di dalam”

Ne .” jawab seorang di antara mereka, yang satu lagi hanya tersenyum lalu berjalan ke arah kamar yang ditunjuk.  Setelah Hee Jin beberapa kali bertemu, mereka memang terlihat berbeda. Meskipun wajah mereka sedikit mirip tapi, sifat mereka sepertinya bertolak belakang, yang satu sangat terlihat ramah dengan Hee Jin  dan yang lebih terlihat cantik terlihat kaku dan pemalu. Ki Bum dan Taemin. Hee Jin pernah mendengar nama mereka. Hanya saja dia tak begitu tahu nama masing masing dari mereka. Ke dua teman kakaknya itu memang tampan namun, sampai sekarang Hee Jin belum bisa mengalihkan perhatiannya dari seorang Choi Min Ho.

*  *  *

Empat pasang mata saling menatap bergantian. Semua mata itu memancarkan kebahagiaan. Sama dengan sorot matanya, mereka semua mengumbar senyum.

Han… Dul…Set…!”   seseorang memulai pergerakan, mengulurkan tangannya yang terbuka ke depan. Seketika itu juga yang lainnya mengikuti gerakan itu. Saat ini telah ada 4 tangan yang menyatu, saling menumpuk.

“Barcelona I’m coming…!” semua berteriak bersamaan dengan tangan mereka yang terangkat ke atas. Setelahnya ke empat pemuda itu tertawa dan saling menjauh, memposisikan diri senyaman mungkin untuk duduk di atas karpet di kamar itu.

“Bagaimana bisa kau mendapatkan hadiah itu?” seseorang yang berada di antara mereka bertanya.

“Aku hanya iseng mencoba quiz di majalah itu dan tidak tahunya namaku tercantum sebagai pemenang pertama di edisi ini.” Jong Hyun menceritakannya dengan datar. Kemarin dia sudah meluapkan semua kegembiraannya secara berlebihan, jadi saat ini mungkin euphoria pada dirinya telah habis.

“Kau benar benar beruntung. Lalu, kapan kita berangkat?” sekarang pemuda bernama Taemin yang mengeluarkan suara.

“Seminggu lagi.”

“Untung ya, tiketnya pas untuk 4 orang” Jin Ki semakin melebarkan bibirnya.

“Kau tidak tahu? Bukannya sudah kubilang kalau hadiahnya hanya 3 tiket PP dan penginapan?”

Mwo?”  Bibir Jin Ki sukses mengangga lebar. “Lalu, salah satu di antara kita tidak akan ikut?”

“Tenanglah Jin Ki. Seseorang memang harus berkorban untuk hal ini. Hanya saja bukan kau.” Jong Hyun menenangkan Jin Ki yang sepertinya sangat takut jika bayangan liburan ke Spanyol yang sudah dia bayangkan dari kemarin itu lenyap seketika.

“Nugu?” Jin Ki bergantian menatap Ki Bum dan Tae Min

“Ki Bum akan membayar sendiri biaya perjalanan dan hotelnya. Jadi kita tetap pergi bersama-sama”  jawab Jong Hyun

“Benarkah?” Ki Bum yang di tatap olehnya mengangguk pelan. Jin Ki ikut meanggukan kepalanya, tapi kemudian melihat kea rah Ki Bum tajam“sebenarnya kau ini  siapa? Jangan jangan kau ini putra bangsawan yang sangat kaya raya?” Jin Ki memicingkan matanya.

“Aniyo…mana mungkin” Ki Bum tertawa walau terdengar sekali seperti di paksakan. Dia tampak seperti tidak nyaman.

“Maaf, kalau untuk keluargaku, aku memang tidak ingin menceritakannya”, Ki Bum menjawab dengan gugup.

“Sudahlah. Sekarang lebih baik kita pelajari buku perjalanan dan peta yang telah di beli Jin Ki.” Taemin memecahkan suasana yang tadi sempat menjadi tak menyenangkan.

“Ingat, aku yang akan menyusun jadwal perjalannnya.” Jong Hyun berkata penuh kemenangan. Dia langsung melihat kea rah buku yang berisi tempat tempat wisata di Barcelona itu. Tapi, kemudian Taemin mengambilnya.

“Tidak bisa. Karena kau mengajak kami. Kau harus mengajak kami berdiskusi. ” celoteh Taemin yang langsung terdiam karena buku itu  saat ini ada di tangan Ki Bum yang berhasil merebutnya.

“Karena aku membayar sendiri, sebaiknya aku yang memilih.” ujarnya, membuat Taemin mendekat ke arahnya dan berusaha mengambil buku itu kembali. Jong Hyun menggeleng gelengkan kepalanya melihat ulah mereka tapi, beberapa menit kemudian dia juga ikut memperebutkan buku itu bersama Jin Ki. Untung saja dia memiliki 3 sahabat seperti mereka. Perjalanan yang sama sekali tidak pernah di rencanakannya ini sepertinya akan sangat menyenangkan.

*  *  *

-TO BE CONTINUED-

Makasih, gomawo, yang udah mau baca sampai akhir… mohon comment nya yah.. 🙂 DON’T BE SILENT READERS

nantikan part selanjutnya.. hhe,

About a

Hi... :) I'm just a little girl in a big world. I'm Indonesian. Nice to meet you all.

Posted on 12 April 2012, in KATEGORI, Reader's FF, SHINee Fanfiction and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. 1 Comment.

  1. Waahh crta.a sru chingu…
    Jgn telat yah part2.a hohhoo..
    Jdi pnsrn ama ksh slnjt.a z.ze

Leave a comment